Kamis, 21 Maret 2013
Garis arah gejala (trend line)
Bila sebagai pedoman perkembangan gerak harga, bisa dimanfaatkan posisi komponen penutupannya di garis periode untuk grafik batang, maka pengambilan keputusan jual- beli bisa juga dibantu dengan mengenali pola dasar yang sedang terbentuk. Kemudian petunjuk lain adalah arah gejala yang dinyatakan melalui garis lurus (trend line) yang ditarik dari kanan ke kiri mulai dari suatu puncak atau lembah yang menghubungi suatu puncak atau lembah lain lagi. Pada pasar yang melemah (bearish market) penghubungan puncak dengan puncak akan membentuk garis arah gejala menurun (down trendline) yang disebut juga garis penghambat (resistance line) karena penawaran nampak membatasi permintaan agar harga tidak naik sampai dorongan permintaan mengalahkan penawaran. Sebaliknya pada pasar yang menguat (bullish market) penghubungan lembah dengan lembah harus dilaksanakan sehingga kita berbicara mengenai garis arah gejala naik (up trendline) atau garis pendukung (support line). Semakin kecil sudut garis, dan semakin banyak puncak atau lembah saling berhubungan, maka semakin mudah pula bisa terjadi perubahan dari garis penghambat menjadi garis pendukung atau sebaliknya.
Garis arah gejala turun (down trendline) yang ditarik dari puncak A ke B terus sampai memotong grafik harga kita mendapatkan pentunjuk membeli pada harga penutupan maka tindakan beli tentu diambil pada hari berikutnya, namun dengan adanya perkembangan teknologi dalam bentuk komputer yang bisa menghitung dengan cepat, ada cara yang lebih canggih untuk mendapatkan sinyal jual-beli.
Pengembangan selanjutnya terhadap garis arah gejala yang berbentuk lurus, adalah rata- rata arah gejala yang berbentuk lengkung atau gelombang karena titik-titik harga rata-rata disambung satu sama lain.
Harga rata-rata selama misalnya 10 hari dapat ditetapkan berupa suatu titik pada hari ke-
11 dan seterusnya, jadi bila titik-titik demikian disambung satu sama lain, akan terbentuk
garis lengkung yang disebut rata-rata bergerak (moving average) yang dalam hal ini dinamakan rata-rata begerak 10 hari (10 days moving average, dengan lambang MA-
10). Rata-rata bisa dihitung secara aritmetik sebagai perhitungan paling sederhana (simple moving average) atau secara berbobot (weighted moving average) atau eksponensial (exponential moving average) yang lebih rumit dan pemakaiannya bergantung selera pemakainya.
Bila pedoman garis gejala turun (down trendline) yang juga bisa disebut garis penghambat dalam gambar di atas, memberikan indikasi membeli pada harga penutupan maka petunjuk rata-rata gejala sederhana (simple moving average) 10 hari, sehingga jelaslah bahwa analisis dengan rata-rata gejala adalah lebih akurat daripada hanya dengan garis gejala.
Analisis yang lebih cermat lagi bisa dilakukan dengan indikator yang lebih canggih seperti gabungan rata-rata arah gejala, kemudian dengan osilator momentum untuk gerak harga yang arahnya adalah ke samping, dan banyak metode lain yang berada di luar jangkauan materi untuk tingkat pemula.
Indikator yang tersedia mencakup 92 buah yang dapat dibagi dalam enam buah golongan, yaitu arah gejala, volatilitas, momentum, siklus, kekuatan pasar (market strength) dan indikator pendukung & penghambat (support & resistance).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar